Mendidik Anak Sejak Dini

Mendidik Anak Sejak Dini - Begitu pentingnya pendidikan anak sehingga apabila anak itu lahir sementara kita baru terfikirkan tentang pendidikan anak tersebut adalah sebuah keterlambatan. Karena pendidikan anak -seperti yang saya katakan- harus sudah dimulai sedini mungkin bahkan sejak anak belum lahir. Mulai dari memilih istri yang Sholihah, sebelum melakukan persenggamaan dengan istri kita, serta saat anak masih dalam kandungan.

  1. Memilih Istri Sholihah untuk Pendidikan Anak

Istri tak hanya menjadi tempat kita mencurahkan rasa cinta. Tak sekedar menjadi pelepas syahwat semata. Bukan pula sekedar sarana melestarikan keturunan keluarga. Lebih dari itu, istri adalah calon ibu dari anak-anak kita. Karna anak-anak yang sholih tidak saja memberi kebanggaan bagi keluarga, tapi sebuah akar perjuangan untuk menyongsong sebuah generasi madani yang jauh lebih baik dari generasi kita. Anak juga merupakan investasi untuk hari yang tiada lagi amal akan ALLAH terima, kecuali ilmu yang manfaat, jariyyah, serta anak yang sholih/sholihah. Maka dari itu pilihlah, istri yang sholihah untuk calon anak-anakmu. Bukan sekedar cantik semata, kaya raya atau karna kedudukannya.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Artinya : Wanita dikawini karena empat hal : Karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan celaka”. (Hadits Shahi Riwayat Bukhari 6:123, Muslim 4:175).

  1. Persiapan Pendidikan Anak (Saat Bersenggama Dengan Istri/Sebelum anak lahir)

Maha Suci ALLAH yang telah menjadikan dari setetes mani yang kemudian menyempurnakannya kedalam bentuk yang sebaik-baiknya yaitu manusia. Anak yang kita miliki bermula dari ketika ALLAH menghendaki sel sperma suami bertemu dengan sel telur istri. Sehingga terbentuklah janin, yang secara berangsur-angsur tumbuh dan berkembang dalam rahim istri dan lahirlah Anak-anak kita. Secara umum, untuk dapat mempertemukan sel sperma dan sel telur adalah dengan melakukan persenggamaan, hubungan intim atau persetubuhan (jima'). Sehingga dalam kehidupan berumah tangga, jima'  tidak sekedar untuk melepaskan kebutuhan syahwat semata. Melainkan juga, sebagai upaya untuk melangsungkan garis keturunan, iaitu dengan terlahirnya anak.
Ajaran Islam yang menyeluruh (syumuliyatul islam) takkan pernah lepas dari kebutuhan dasar manusia, termasuk jima'. Sehingga dalam menunaikan kebutuhan syahwat sekaligus dalam upaya mendapat berkah pahala -dalam urusan tsb.- perlu dilakukan sebagaimana Rosululloh telah mengajarkannya. Jima'  yang berkah dan berpahala nantinya tidak sekedar sebagai penumpahan syahwat saja, melainkan sebagai upaya mendapat keturunan Rabbani yang berkualitas. Yang pertama adalah dengan bersuci:
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah. Haid itu adalah kotoran (penyakit). Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (QS. al-Baqarah/2: 222).
Yang Kedua adalah dengan doa:
َالَ النَّبِيُّ n: لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ: بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا؛ ثُمَّ قُدِّرَ أَنْ يَكُونَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا

“Nabi bersabda: Bila salah seorang di antara kalian ketika hendak mendatangi istrinya, berkata:

بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
‘Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang engkau rizkikan kepada kami (yakni anak).’

Kemudian ditaqdirkan keduanya memiliki anak dari hubungannya itu, maka setan tidak bisa membahayakan anak itu selamanya.” (HR. Abu Dawud)

  1. Persiapan Pendidikan Anak (saat anak dalam kandungan)

Tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini sedikit banyak telah merubah tentang bagaimana manusia bersikap dan bertindak. Untuk diri mereka, orang-orang disekitar mereka dan bahkan anak keturunan kita. Banyak sekali penelitian-penelitian tentang tumbuh kembang anak sejak anak masih dalam kandungan. Dan kebanyakan pendapat yang berkembang saat ini adalah bahwa mendengarkan musik klasik untuk si bayi dalam kandungan memiliki pengaruh terhadap perkembangan otak anak. Sehingga di percaya dapat meningkatkan kecerdasan anak saat lahir. Namun, kita sebagai umat Islam telah dikarunia sebuah kalimat yang luar biasa indah. Tak tertandingi oleh syair manapun dan sampai kapan pun. Juga lebih klasik dari sekedar musik klasik. karna Ia hadir 14 abad silam, saat perkembangan alat musik belum semaju saat ini. Ia adalah ALQURAN. Dengan memperdengarkan Alquran untuk anak saat masih dalam kandungan. Selain itu adalah dengan menjaga psikis (kondisi kejiwaan) sang bunda. Karna penelitian terkini juga telah mengungkap bahwa kondisi mental bunda sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak dalam rahim bunda. Maka dari itu peran suami disini sangat vital, terutama untuk mencipta keluarga yang SaMaRa (Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah). Dengan harapan, keluarga Samara mampu menjaga mental bunda tetap pada level posotif.
Back To Top