Pendidikan Sebelum & Setelah Lahir

A. PENDIDIKAN SEBELUM LAHIR

Yang dimaksud pendidikan sebelum lahir adalah pendidikan yang dilakukan mulai saat calon ayah dan calon ibu bertemui tentu melalui proses yang sesuai dengan sunnah Rasulullah saw. Tidak bergaul yang di luar ketentuan Allah dan Rasul Nya. Pendidikan selama dalam kandungan ibu selama hamil, kedua orang tua selalu berbuat kebaikan menghindari perbuatan-perbuatan yang menyalahi aturan Allah dan Rasul Nya, tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, tidak melakukan perbuatan yang dapat menganiaya binatanag dan lain-lain, hal ini yang salah diartikan oleh sebagian besar adat jawa bahwa kalau ibu sedang hamil maka sang ayah tidak boleh memukul tikus nanti anaknya bisa cacat, tidak boleh menyembelih hewan nanti anaknya cacat dll. Padahal sebenarnya bukan itu maksudnya tetapi kalau orang tua selalu dan sering berbuat kejelekan tentu secara psikologis sang anak akan mengikuti kebiasaan orang tua tersebut, demikian pula sebaliknya.

B. PENDIDIKAN SETELAH LAHIR

Disaat sang anak telah lahir, maka dilakukan beberapa amalan yang sesuai dengan sesuai ketentuan Rasulullah, tidak malah sebaliknya yang dituntunkan tidak dilakukan sedang yang tidak dituntunkan malah dilakukan.
1. Pendidikan keimanan

Pendidikan keimanan dimulai sejak anak-anak bahkansejak sebelum lahir, kedua orang tua tidak melakukan tindakan atau perbuatan syirik karena nantinya akan dicontoh oleh anak-anaknya.Pendidikan formal yang ringan tapi mengesankan adalah masa kanak-kanak, oleh karena itu memilihkan anak sekolah Taman Kanak-Kanak sangat penting yaitu yang disitu mengajarkan nilai-nilai keiamana yang kuat kepada anak karena sangat besar pengaruhnya didalam rumah tangga. Pendidikan keimanan pada anak-anak dilakukan bersamaan dengan perbuatan-perbuatan seperti berdo’a diwaktu akan dan selesai makan, akan dan bangun tidur, menhafal Al Fatihah dan surat-surat pendek. Pendidikan keimanan melalui buku-buku bacaan yang baik dan menjadi perhatian. Hiasan dinding rumah juga berperan dalam pendidikan keimanan. Makin bertambah umur anak akan meningkat jenjang sekolahnya, memerlukan cara pendidikan keimanan yang meningkat juga.

2. Pendidikan Ibadah

Hadist Nabi riwayat Abu Dawud dsri Ibnu ‘Amar memerintahkan agar anak berumur tijuh harus sudah diperintahkan untuk melaksanakan shalat. Jika telah berumur sepuluh tahun masih menunjukkan kemalasan, hendaklah perintah melaksanakan shalat itu agak diperkeras, jika perlu boleh dipukul, memukul anak disini tidak membahayakan kesehatan fisik anak. Keteladan orang tua dalam melaksanakan ibadah shalat sangat menentukan keberhasilan pendidikan pada anak -anak. Shalat jama’ah dalam keluarga sangat bermakna bagi terwujudnya kelurga sakinah. Setelah selesai shalat jama’ah, bapak-ibu dapat menggunakan waktu untuk menyampaikan pesan-pesan kepada anak-anak.Ibadah juga dilatihkan pada anak-anak selambat-lambatnya setelah umur sepuluh tahun shalat sunnah, puasa. Lebih-lebih setelah anak-anak mencapai akhil baligh.

3. Pendidikan Akhlaq

Akhlaq menduduki posisi yang sangat penting dalam ajaran Islam. Hadist Nabi Riwayat Bukhori dari Abu Hurairah mengajarkan bahwa Nabi diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang luhur.Pendidikan akhlaq secara praktis, dengan perbuatan nyata, sangat besar artinya bagi anak-anak, memberikan pakaian bekas yang masih pantas kepada teman-teman sekolah yang kurang mampu, mengantar makanan kepada tetangga, memasukkan uang ke kaleng infaq di Masjid Mushalla, sangat besar artinya untuk menambah rasa solidaritas sosial pada anak-anak. Rasa solidaritas diantara anggota keluarga hendaknya benar-benar dapat ditumbuhkan dan dipupuk.

Menghormati tamu supaya diajarkan pada anak-anak. Jika tamu membawa anaanak sebaya, supaya dipertemukan dengan anak-anak kelurga yang ditamui, sehingga mereka akan dapat bermain-main dengan alat permainan yang ada dalam keluarga. Kepada orang tua anak-anak dididik agar dapat menghormati, berbuat yang baik, dan selalu sopan.

4. Pendidikan Keterampilan

Hadist Nabi Riwayat Bukhari dari Miqdam mengajarkan bahwa mmakanan terbaik bagi seseorang adalahyang diperoleh dari haasil kerjanya sendiri.Untuk memenuhi ajaran hadist Nabi tersebut, pendidikan ketrampilan sangat penting diberikan pada anak-anak. Melakukan sendiri hal-hal yang dibutuhkan dalam hidup sehari-hari hendaklah telah mulai dilatih memasuki pendidikan dasar, sesuai kemampuannya. Misalnya membersihkan tempat tidur, mengatur pakaian, mengammil makana, mengatur alat-alat sekolah dan sebainya. Pekerjaan teknis seperi menjahit, menyulam, memasak, perlu dididikan kepada anak perempuan.

5. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan


Hadist Nabi Riwayat Muslim dan Abu Hurairah mengajarkan bahwa Mukmin yang kuat lebuh baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada Mukmin yang lemah.Hadist Riwayat Ad-Dailami dari Bakr Ibn Rabi’I Al-Ashari mengajarkan anak-anak diajarkan berenang dan bermain panah. Hadist tersebut mengajarkan agar pendidikan jasmani dan kesehatan memperoleh perhatian dalam keluarga. Mukmin yang kuat maksudnya meliputi kekuatan jasmani, rihani maupun material. Kekuatan diperoleh dari pendidikan keimanan ibadah, akhlaq, keilmuan, kesenian yang sehat dan sebainya. Kekuatan material diperoleh dengan pendidikan ketrampilan dan ekonomi pada khususnya.

6. Pendidikan Kemasyarakatan

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam menjalani hidup didunia pasti membutuhkan adanya orang lain. Jiwa tolong menolong hendaklah didikkan sejak masa anak-anak. Dimulai dari menegakkan tolong menolong dalam lingkungan keluarga , hingga tetangga dan masyarakat luas. Kesadaran bahwa dalam menjalani hidup ini manusia pasti memerlukan orang lain, hendaknya dapat ditumbuhkan pada masa anak-anak. Tepo seliro, kerja sosial, tenggang rasa dalam hidup bermasyarakat dididikkan juga kepada anak-anak. Sebuah nasehat Abu Bakar ArRozi : salah satu cabang iman adalah iman yang tumbuh pada kedua kaki yang buahnya adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk kepentingan jama’ah ( orang banyak ). Jadi perlu ditanamkan pada anak-anak bahwa manusia itu tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

Dari uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa tujuan perkawinan menurut islam adalah guna mewujudkan keluraga sakinah. Keluarga Sakinah adalah bkeluarga yang hidup bertakwa kepada Laah swt, sehinng berkesanggupan menjadi panutan orang-orang muttaqin. Untuk mewujudkan keluarga sakinah, suami istri sangat besar peranannya. Orang tua dibebani kewajiban untuk membimbing kehidupan keluarganya menuju terwujudnya Keluarga Sakinah. Keteladana orang tua sangat menentukan keberhasilannya. Upaya pendidikan anak menuju bertabi’at shaleh, berarti mengamalkan ajaran Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah meliputi aspek-aspek Aqidah Akhlaq, Ibadah, dan Kemasyarakatan. Kebersamaan dalam berusaha mewujudkan Keluarga Sakinah mutlak diperlukan. Umat pengajak kebaikan dan ma’ruf serta mencegah kemungkaran hanya dapat terwujuig jika ruh jama’iyyah dapat ditumbuhkan dan dipupuk dengan baik. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat hidayah dan taufiq Nya kepada kita semua, Amin.
Back To Top