Metode Berbicara dan Berkomunikasi Dengan Anak Dalam Kandungan
Sebagaimana di uraikan pada pembahasan terdahulu, maka sejak usia anak 3 bulan dalam kandungan sudah ditiupkan roh kedalam tubuhnya, dan pada usia anak 15 minggu anak sudah memiliki pendengaran yang sempurna, maka alat untuk berkomonikasi dengan anak hanya ada 2 yaitu dengan suara dan dengan sentuhan. Dari kedua bentuk komonikasi diatas, maka suara lah yang dapat menjadi andalan untuk terselenggaranya proses pendidikan. Oleh karena itu metode berbicara atau berkomunikasi dipandang metode yang efektif.
Menurut F. Rene Van de Carr, M.D & Marc Lehrer, berbicara dan berkomunikasi dengan anak dalam kandungan bukanlah berarti face to face, saling berhadapan dan saling memberikan respon berupa jawaban langsung, seperti seseorang berbicara dengan temannya, saling berhadapan, bertatap muka dan sejenisnya. Metode berbicara di sini dimaksudkan adalah mengenalkan kata-kata dan kalimat selama anak dalam kandungan dengan suara si ibu atau orang disekitarnya, dan perkataan itu hendaknya sering diulang-ulang, serta konsisten. Pengulangan kata-kata atau kalimat selama anak dalam kandungan bukan dimaksudkan agar si janin menjawab dan memahami kata-kata tersebut setelah ia dilahirkan. Akan tetapi pengulangan kata-kata atau kalimat tersebut mempercepat pengenalan dan pemahaman kata-kata tersebut di usia dini setelah ia dilahirkan. Menurut hasil reset F.Rene dkk., anak yang diberi stimulasi pra lahir mengenal kata-kata dan menunjukkan kemampuan verbal jauh lebih dini dari pada yang tidak mendapat simulasi.
Pendapat pakar lainnya yang senada dengan di atas adalah Fauzil Adhim yang menyatakan bahwa: pada masa hamil sering-seringlah orang tua menjalin komunikasi dengan bayi dalam kandungan, sehingga ibu dan ayah nantinya tidak asing lagi dengan dia ketika ia telah dilahirkan dari rahim ibu. Ia tidak menjadi orang yang sama sekali asing, karena sebelumnya orang tua sudah mengenalkan dirinya dan banyak berkomunikasi, dan sudah banyak menjalin ikatan dengan dia sewaktu masih dalam kandungan.
Secara teknis berbicara dengan anak dalam kandungan dapat dilakukan dengan ibu berbaring telentang dengan sedikit miring agar berat badan di sebelah kiri. Posisi ini cenderung meningkatkan sirkulasi darah kedalam rahim yang akan bermanfaat bagi janin selama masa berkomunikasi. Si ibu boleh juga duduk, berdiri atau mengatur diri sesuai dengan posisi yang memungkinkan pada saat itu aktivitas berbicara dengan janin dapat dilakukan. Posisi lainnya yang juga di anggap efektif oleh para peneliti pra lahir adalah berendam di bak penuh dengan air hangat dengan leher dan dagu di atas permukaan air.
Dalam rangka menamkan Tauhid maka katakanlah “ La ilaha Illallah “ kemudian katakan, nak Tuhan kita adalah Allah dan tiada Tuhan selain Allah. Kemudian ucapkan ” Muhammad rasulullah “ wahai anakku, Muhammad saw. adalah Rasul Allah. Dan teruskanlah berkata-kata dan berbicara dengan anak, sisihkan waktu setiap hari beberapa menit atau beberapa jam untuk berkomunikasi dengan anak. Demikian pula untuk pada saat hamil ibu sangat baik selalu membaca al Qur’an, resapi maknanya dengan seluruh keikhlasan.
Isi komunikasi dengan janin bisa juga berbentuk cerita-cerita. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pembacaan cerita pada bayi yang masih dalam kandungan adalah terjadi peningkatan perkembangan intelektual dan kematangan pada bayi. Dalam Islam banyak cerita yang bisa dijadikan bahan komunikasi dengan anak, seperti cerita yang ada dalam al Qur’an, cerita dalam HADITS Rasulullah, atau cerita para sahabat Nabi Muhammad sw. Dalam al Qur’an ada cerita Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Nuh, Nabi Yunus dan lain. Adapula cerita manusia durhaka seperti Fir’aun, Haman, Qarun. Dalam hadits ada cerita Nabi Khaidir, cerita Jibril, cerita Juraid dan lain-lain. Demikian pula banyak cerita sifat-sifat sahabat yang patut diteladani seperti Abubakar, Umar, Usman, Muaz bin Jabbal , Amru Bin Ash dan lain-lain.
Tag :
Mendidik Anak